watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

DIBALIK GEMERLAP PESTA


Pada bulan-bulan musim pesta pernikahan
macam ini hampir setiap malam aku bersama
istriku selalu menyempatkan untuk hadir. Terus
terang yang paling kami sukai adalah berburu
makanan. Kambing guling, soto sulung atau
bebek Hainan atau Chech Steak merupakan
makanan enak dan tak pernah kami lewatkan.

Sayang malam ini istriku berhalangan hadir
karena ada keperluan lain.
Dengan pakaian lengkapku, stelan jas dan dasi,
aku hadir pada resepsi pernikahan anak dari relasi
penting di kawasan Tebet. Pesta ini
diselenggarakan di rumahnya yang memang
bertanah luas dengan bangunannya yang besar
pula. Mungkin ada barang 3000 m tanahnya,
lengkap dengan areal parkirnya. Namun aku tak
hendak parkir di halaman. Aku lebih suka parkir di
jalanan yang sewaktu-waktu ingin pergi akan
mudah meninggalkan tanpa kesulitan.
Nampaknya pesta ini benar-benar mewah,
maklum dia ini pejabat cukup tinggi dari salah
satu departemen basah RI. Nampak mobil-mobil
mewah berderet-deret memenuhi jalanan.

Nampak Polantas dikerahkan untuk melancarkan
jalanan.
Rupanya pesta di rumah yang sangat mewah.
Tamu tersebar di dalam rumah, di pendopo juga
di kebun yang luas dan asri ini. Ruang-ruang di
taman yang nampak dibentuk oleh cahaya
sungguh sangat romantis. Nampak tenda purih
bersih penuh bunga dan pita menjadi pusat
orientasi para tamu. Nampak di sana-sini tersebar
bangku untuk tamu-tamu duduk. Semua
direncanakan untuk kesan mewah dan anggun
banget. Yang menonjol adalah kiriman bunga.

Beratus-ratus kiriman bunga ucapan selamat itu
disusun sedemikian rupa sehingga memperindah
suasana taman dan kebun ini. Dengan dilokasikan
pada tempat yang strategis tanpa mengganggu
alur orang mondar mandir bunga-bunga itu
disusun membentuk kerucut. Pasti hal ini telah
diperhitungkan sehingga pemilik rumah telah
menyediakan dudukan yang unik dan kokoh
sebelumnya.

Begitu aku menaiki tangga aku berpapasan
dengan pasangan suami istri berusia sebaya. Aku
dan sang istrinya sempat bertemu mata sesaat.
Dia tersenyum padaku yang langsung aku
membalas dengan anggukan tanda hormatku.

Aku pandang itu adalah bentuk keramahan
umum dalam acara pesta macam ini. Seseorang
tak perlu saling mengenal untuk langsung
bertegur sapa. Dan oleh keramaian dan
kemeriahan pesta aku tak lagi memikirkan soal itu.
Sesudah antre untuk bersalaman dengan
pengantin dan orang tuanya aku langsung
tenggelam pada hidangan yang aku pandang
’super mewah’ ini. Wooww.. Banyak makan
favoritku bisa kutemui. Aku jadi ingat istriku,
sayang dia nggak bisa ikut.


“Hati-hati lho Mas, nanti kena kolesterol,” tiba-tiba
kudengar suara ‘jazzy’ dari arah sampingku.

Ah.. Ternyata ini ibu yang tersenyum padaku di
tangga tadi. Aku mengangguk hormat, “Iya ini
Bu… ehh, jeng.. Aku nggak bisa menahan diri
kalau lihat yang enak-enak macam begini,”
jawabku sekenanya.

“Acchh.. Bahaya dong kalau begitu”
Eehh.. Ternyata dia kembali menyambungnya.
Kini aku serius menengok dia dan
memperhatikan. Uuhh.. Ibu ini tidak cantik,
maksud saya biasa-biasa saja, namun nampak
sangat ‘charming’ dan seksi banget. Dengan gaun
pesta berwarna gelap yang terbuka bahunya
kecuali tali kecil yang menahan agar tidak merosot
menampilkan betapa bersih dan mulus kulitnya.

Aku taksir usianya belum 40 tahun. Mungkin
sekitar 36 begitulah.
“Kenapa Bu.. Eehh.. Jeng..?”
“Yaa ituu… lihat saja, banyak yang ‘enak-enak’
khan?” sambil tangannya dan matanya
mengarahkan aku ke audience, para tetamu
wanita yang rata-rata malam itu memang
nampak cantik-cantik dan ‘enak’ tentunya.

Rupanya ibu ini pinter sekali memplesetkan
omonganku tadi. Aku menunduk membetulkan
sendokku sambil tersenyum.
“Bapak mana Bu? Kok ditinggal?” aku berusaha
membelokkan pembicaraan.
“Ah, bapaknya sih, kalau sudah ketemu ‘geng’-
nya lupa sama saya. Tuh lagi asyik nggerombol
sama teman-temannya”.
Oo… rupanya suaminya termasuk kelompok satu
departemen dengan tuan rumah. Aku lihat
beberapa pejabat lain yang kukenal pula dalam
gerombolan suami ibu ini.
“Mas sendiri, mana istrinya?”
“Aa.. nu Bu…” aku belum menyelesaikan
omonganku.
“Ya sudah, semua lelaki memang pengin
menyendiri khan? Bisa bebas menyantap yang
‘enak-enak’?”
Rupanya ibu ini kembali gencar memojokkan aku.
Aku jadi penasaran. Apakah dia termasuk
perempuan yang ‘kecewa sama suami’? Dan akan
binal saat ada kesempatan lepas dari gandengan
suaminya?
“Lhoo.. Kok begitu mandangnya sih? Marah ya?”
aduh senyumnya jadi manis banget di mataku.

“Ah.. Nggaakk.. Soalnya saya baru sadar…”
Sengaja aku nggak selesaikan kata-kataku. Ibu ini
nampak jadi penasaran.

“Sadar apaan, Mas?”
“Ternyata di dekat saya ada makanan yang bukan
‘enak’ namun ’sangat lezaatt’…” kataku nekat dan
memberanikan diri sambil mataku melotot seakan
menelanjangi tubuh seksinya.

Tahu bahwa yang kumaksud adalah dia, “Orang
sudah tua macam gini kok..” dengan gayanya
yang sangat menggoda libidoku. “Pasti sedap
banget nih…” aku langsung tukas omongannya
dengan bisikkan.

Dia menampakkan mukanya yang langsung
memerah. Ehh.. Tahu-tahu tangannya cepat
meraih dan mencubit lenganku. Sesungguhnya
aku tak begitu heran. Sebagai lelaki yang rata-rata
orang bilang ‘tampan, simpatik, seksi’ dengan
posturku yang jangkung dan macho macam
Reynaldi bintang iklan dan sinetron itu, aku sering
ketemu perempuan macam ibu ini. Yang tanpa
sungkan dan malu memang berharap aku
memberikannya perhatian khusus.
“Mas jangan coba-coba. N’tar dibunuh sama
suamiku lho,” kelakarnya. Aku jadi semakin yakin
akan ke’binal’annya. Rejeki nomplok, nih, pikirku.

“Apa salahnya ‘makan lezat’? Salah sendiri
‘makanan lezat’ dibiarkan jalan sendiri?” kataku
kalem sambil meraih tangannya yang masih
www.ceritaindo.sextgem.com mencubitku.
Tanganku meremasi tangannya. Ahh.. Dia
menyambut remasanku. Aku tak akan mundur
lagi. Aku mesti cari lokasi yang tersembunyi nih.

Di toilet tuan rumah? Atau di balik pohon di
taman? Atau di balik tumpukkan karangan bunga?
Atau di mobilku? Ah, banyak pilihan.
“Kok jadi bengong sih, Mas? Mikir yaa..”
“Iyaa.. Saya lagi mikir tempat mana yang bisa aku
sembunyi menyantap ‘makan enak’ ini,” jawabku
sekenanya yang langsung dibalas dengan kembali
mencubit berikut pelintiran yang sakit sekali di
tanganku.

Kupikir agresip banget nih ibu. Adakah memang
dia perempuan demikian kegatelan?!
“Aduhh, udah buu.. Ayo makan saja deh.
Mendingan kita nyari kursi di luar. Makan sambil
mikirin, yookk”
Dalam iringan gamelan pengantar pengantin aku
beranjak keluar ruang tenda. Ibu ini tanpa ba bi
bu, dengan piring makannya langsung mengekor
aku mencari kursi kosong di taman. Kulihat di
pojok dekat karangan bunga yang menggunung
nampak kursi dan meja kosong dengan
lampunya yang tak terlampau mencolok. Aku
menuju kesana diikuti ibu ini.

“N’tar suami ibu nyariin, lho,” kataku khawatir.
“Biarlah. Dia khan juga asyik sendiri,” katanya
acuh.
Pada kesempatan itu aku mengulurkan tangan
untuk kenalan.
Aku menyebut namaku, “Hendra”
“Norma,” dia juga menyebut namanya.
“Panggil saja Nor,” katanya.
Kami saling pandang penuh makna. Pandangan
yang mengartikan kesepakatan untuk berbuat apa
saja tanpa batas. Matanya nampak ‘binal’ seperti
perempuan yang mendambakan untuk
dipuaskan. Adakah suaminya tak mampu
memberikannya? Aku pikir tak usah bertanya.

Kalau memang mau ya, lakukan saja apa yang ku
mau. Dan aku yakin sesungguhnya ibu ini telah
mengundangku. Sangat bodoh kalau aku tak tahu
dan merespon undangannya. Aku harus cari akal.
Kami tak lagi bisa konsentrasi makan.

Dalam keremangan kebun itu kami cukup bebas
saling sentuh dan remas. Kontolku sejak tadi
sudah menampilkan ketegangannya. Dalam pada
itu aku mendapatkan ide untuk membawa Norma
kebelakang tumpukkan karangan bunga itu. Aku
pamit Norma sebentar untuk menengok
kemungkinannya. Kulihat bunga-bunga itu
disusun 2 tingkat ke atas dan bersandar pada
dinding sehingga terjadi celah segi tiga yang
cukup longgar untuk bisa aku masuk ke sana.
Tanpa ragu aku gandeng Norma untuk menuju
ke belakang tumpukkan karangan bunga itu.
Keramaian orang dan lalu lalang tamu membuat
apa yang kami lakukan tidak lagi menarik
perhatian orang.

Kami langsung masuk jauh ke celah antara
tumpukkan bunga dan dinding. Aku bersender
dan menggamit Norma kemudian merangkul dan
memagutnya. Tanpa lagi sabar Norna langsung
memeluk erat aku. Aku menyambutnya. Kami
berpagut bertukar lidah dan ludah. Tangan-
tangan langsung saling meremasi daging
lawannya. Aku raih bokongnya untuk kuremas-
remas. Tangan Norman memeluk punggungku
dan menancapkan kukunya. Aku mendengar
desah nafsu yang tak sabar. Aku sudah pengin
melihat bagaimana kehausan seksualnya
perempuan ini. Kukendorkan dasiku dan kubuka
kancing kemejaku.

Norma cepat meraih dan menyibakkannya. Dia
langsung menyantap ujung pentilku. Dia cium
dan sedoti dadaku. Aku melayang dalam nikmat
birahi. Aku bergaya menyerah. Kubiarkan
kehausan Norma melahap aku dengan buas dan
liarnya. Ah.. Dasar perempuan yang tak pernah
merasakan kepuasan dari suaminya. Aku
dipepetkannya ke dinding. Dia bimbing tanganku
agar kuangkat ke atas. Norma ingin melahapi
ketiakku yang penuh bulu. Dia benamkan
wajahnya untuk menjilati lembah ketiakku itu.
Duuhh.. Bukan main nikmatnya. Kini aku semakin
tak mampu menahan gelinjang syahwatku. Aku
raih kepala Norma dan kutekan agar turun ke
bawah. Sementara tanganku sudah membuka
kancing celanaku. Aku ingin biar Norma yang
membuka berikutnya.
Dia tahu. Kini dengan berjongkok di lutut, Norma
menenggelamkan mukanya untuk menciumi
selangkanganku. Dia ‘ngusel-usel’kan mukanya
untuk menghirup aroma selangkanganku.
Bibirnya mulai menggigiti tonjolan celana
dalamku. Dia sangat histeris.
“Mass.. Kontolnya gede banget sihh…” desahnya
dalam bisikkan yang sangat gemetar.
Aku tahu dia sangat menahan nafsunya. Sangat
ingin mendapatkan obsesi seksualnya. Kemudian
tangannya merenggut lepas celana dalamku. Tak
ayal lagi, langsung disambutnya kontolku.
Mulutnya menganga menerima batangan
kemaluanku yang telah sangat keras disertai urat-
urat darah yang melingkarinya. Kulihat bibirnya
termonyong-monyong penuh dengan batang
kerasku. Aku menyaksikan betapa ganasnya
Norma menjilat-jilat dan menggigit batangku ini.

Lidahnya terus menyapu kepalanya yang
berkilatan karena tekanan keras dari urat
darahnya. Dia reguk cairan birahiku yang terus
mengalir keluar. Dia jilati bijih pelirku. Sambil
mendesah dan meracau dia menyeruak ke
bawah selangkangan untuk meraih
kenikmatannya. Akhirnya aku tak mampu
menahannya. Rasa gatal menandai bahwa
spermaku mendesak untuk muncrat demikian
membuat aku gelisah dan mendesah pula.
“Noorr.. Aku mau keluar niihh…”
Norma justru langsung mencaplok kepala
kontolku dan memompa. Aku tahu, dia ingin aku
memuntahkan air maninya ke mulutnya.
Demikian memang kebanyakkan perempuan
yang kehausan macam Norma. Dengan semakin
aku nikmat dan melayang orgasmeku tak lagi bisa
kubendung. Aku merasakan ejakulasiku di mulut
Norma sungguh sangat nikmat. Perempuan
dengan busana malam yang sangat seksi ini
menerima 6 atau 7 kali kedutan semprotan
spermaku ke mulutnya. Yang kudengar hanyalah
“mmll, hheelm.. hhllmpp…” sambil tangannya
terus ikut memerasi batanganku. Agaknya dia
ingin yakin bahwa tak ada lagi spermaku yang
tersisa pada batang kontolku.


Tiba-tiba terdengar HP-nya memanggil. Masih
dengan belepotan sperma di dagu bibir dan
pipinya Norma mengambil HP dari tasnya. Dia
lihat rupanya suaminya yang menelpon.

“Ya, mass…”
“Yaa… aku sedang di dapur ketemu ibu-ibu.
Biasa.. Ngrumpii…” katanya sambil cekikikan
seakan-akan tak ada hal yang penting.
Sesudah beberapa omongan dia tutup HP-nya
dan dimasukkan kembali ke tasnya.

“Ahh.. Gangguan ya sayaanngg…” sambil
kembali tangannya mengelusi batang kontolku.
Nampaknya telepon itu sama sekali tak
menggagunya. Dan nampaknya dia memang
biasa menipu suaminya. Betapa tenangnya ini
perempuan. Aku juga ikut untuk tak perlu was-
was. Kembali kami saling berpagut. Bermenit-
menit kami berpagut sambil tangan Norma
mengurut-urut kemaluanku agar mau kembali
keras ngaceng. Sementara itu tanganku juga
bergerilya meremasi vaginanya. Kurogohkan
tangan ke celana dalamnya.

Kurasakan betapa lebat bulu kemaluannya yang
menandakan dia memang perempuan yang
sangat haus belaian seks. Aku memahami apa
yang diinginkan Norma. Dia belum meraih
kepuasan dariku sementara aku telah ejakulasi ke
mulutnya. Kini aku mesti membuatnya meronta
dalam luapan nikmat syahwat. Sesudah aku
merasakan cukup untuk penetrasi aku keluarkan
lenguhan. Aku bimbing dia agar tangannya
bertumpu ke dinding. Aku ingin melakukan
penetrasi dari arah belakang. Kusingkap gaun
malamnya dan kuperosotkan lepas celana
dalamnya. Masih sempat aku memasukkan
celana dalam itu ke tasnya agar tidak kotor kena
tanah taman itu.

Kini terpampang dan kupandangi vagina Norma
di bawah bokongnya. Sungguh sangat
merangsang birahiku. Perempuan seusia dia
masih menampilkan kencang urat dan mulusnya
selangkangan. Paha dan bibir kemaluannya. Aku
tak mampu menahan diri. Aku dekatkan wajahku
untuik menciumi pantatnya, bahkan lubang
anusnya kemudian vaginanya. Aku dengarkan
desahan dan rasa pedih pada jambakan
tangannya di rambutku. Norma sungguh-
sungguh menerima nikmat yang tak terhingga.
Lidahku bermain menjilati lubang anal dan melata
hingga kelentitnya. Terkadang menyeruak
menusuk gerbang vaginanya.
“Hendraa.. Kamu sangat jantaann.. Hendraa.. Aku
cinta kamuu.. Aku cinta kamuu.. Aku cinta kamu
Hendraa…” tangannya terus meremasi rambutku.

“Ampunn Hendra.. Jangan siksa aku.. Sudaahh..
Aku tak lagi tahann.. Hendraa.. Aarcchh…” dia
menjerit kenikmatan.
Sambil tangannya yang merangkaki dinding
bergerak turun hingga posisinya lebih
menungging. Norma ingin aku lekas melakukan
penetrasi dari arah belakang. Dia berusaha meraih
kontolku untuk diarahkan ke lubang memeknya.

Dengan jeritan kecil dia menyertai amblasnya
kontolku ditelan memek gatalnya itu. Selanjutnya
aku berayun-ayun mendorong tarik kontolku.
Dan Norma menggoyang maju mundur untuk
menelan kontolku lebih dalam lagi merangseki
kemaluannya.
Pada detik-detik menjelang orgasmenya, seperti
kuda betina yang dilanda birahi jantannya nafas
Norma terdengar memburu. Dia meronta-ronta
mencakari dinding menyertai goyangan
pompaanku yang semakin cepat karena aku
sendiri juga ingin menumpahkan sperma
berbarengan dengan orgasmenya. Dan saat
puncak syahwat itu datang melanda, kami berdua
seakan lupa akan keberadaan kami dimana.

Hampir kami tak mampu membendung desah
nikmat. Teriakan kami yang tertahan telah
mengantarkan orgasme Norma dan tumpahnya
air maniku ke vaginanya.

Aku perlu sedikit merapikan rambutku sebelum
kembali ke keramaian. Untuk menghindari
perhatian orang, Norma sepakat aku akan keluar
duluan. Beberapa menit kemudian dia menyusul.
Aku langsung keluar menghilang dan pulang.

Agak gontai aku menuju mobilku. Aku nggak
tahu lagi apa dan bagaimana Norma. Mungkin dia
mencari-cari aku. Aku pikir itu sudah urusan
suaminya. Aku tak ingin ada hubungan panjang
dan membuat repot. Aku hanya catat dalam
notebook-ku hari itu adalah 20 September malam
saat orang-orang ramai memperbincangkan
tanda-tanda kemenangan sby di Quick Count.
Memang aku sendiri yang selalu ingin bebas
selalu menyenangi perubahan.



Adult | GO HOME | Exit
1/1208
U-ON

inc Powered by Xtgem.com